Sabtu, 04 September 2010

Formula Sukses Penjualan.ppt

Untuk mendapatkan file formula sukses dalam penjualan, anda bisa klick link yang ada di bawah ini.
http://www.4shared.com/document/-Pc0-3f6/Sukses_Penjualan.html

Coaching Dalam Organisasi Bisnis

Berdasarkan penelitian terhadap beberapa perusahaan di Amerika, yang dilakukan oleh Olivero, Bane dan Kopelman, business  coaching dapat meningkatkan produktivitas hingga 88%. Di sisi lain mereka menemukan bahwa secara umum training dapat memberikan peningkatan 22%. Sehingga jika kedua hal tersebut dikombinasikan dengan baik tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap produktifitas.

Melihat fakta di atas, tidak diragukan lagi bahwa coaching sangat diperlukan sebagai follow up atas training yang telah diberikan untuk memberikan dampak yang sangat signifikan bagi pertumbuhan bisnis.
Coaching adalah sebuah proses untuk menginspirasi, memberikan semangat, menanamkan kemauan untuk belajar dan berkembang, serta meningkatkan performance  bawahan”.
Tujuan coaching adalah untuk meningkatkan kinerja bawahan dengan cara mengoptimalkan potensi dan attitude serta mengeliminasi setiap gangguan. Secara matematis, kinerja individu dapat diformulasikan sbb:

Performance = Potential + Attitude - Interference

Beberapa gangguan yang seringkali dialami oleh bawahan diantaranya adalah: takut akan gagal, kurang percaya diri, frustasi, kejenuhan dan kesulitan dalam mengelola waktu.
Gangguan-gangguan (interference)   tersebut akan mengakibatkan terjadinya gap yang cukup besar antara potensi dengan performa. Karenanya gangguan-gangguan itu harus dieliminasi secara berkesinambungan dalam sebuah proses coaching.
Kunci dari coaching adalah mengatasi setiap gangguan dengan menggunakan cara yang bersumber dari pola pikir peserta coaching itu sendiri.

Tanggungjawab Siapakah Coaching?
Coaching menjadi tanggungjawab leader. Mengapa leader ? Karena para leader lah yang paham permasalahan di lapangan dan memahami apa yang diperlukan oleh bawahannya.
Leader bukanlah orang yang harus paham segalanya. Leader juga bukanlah orang yang paling bijak diantara semuanya. Akan tetapi dengan pelaksanaan coaching yang regular dan berkesinambungan bukan mustahil hal tersebut bisa dicapai oleh leader.
Karenanya coaching memberikan keuntungan dua arah baik bagi manager maupun bawahan. Bagi bawahan, coaching dapat meningkatkan performance, antusiasme dan kepuasan kerja. Sementara bagi manager, coaching dapat membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, pemberdayaan, problem solving  dan monitoring skill.

Tahapan Coaching
1.   Diagnosa/ Observasi
Buka sesi coaching dengan suasana yang hangat. Bangun kepercayaan dan bangkitkan motivasi. Gunakan pertanyaan efektif untuk menggali permasalahan dan tujuan dari peserta coaching.


2.   Berikan Arahan
Gunakan 3 pertanyaan berikut : What, How Much, When.
Tiga pertanyaan tersebut memberikan panduan yang jelas bagi peserta coaching mengenai apa targetnya, berapa banyak dan kapan batas waktu pencapaiannya.
Dengan mengacu pada pertanyaan tersebut maka aktivitas bawahan anda akan lebih terarah. Dan andapun punya panduan yang jelas untuk memantaunya.


3.   Simpulkan dan tetapkan komitmen bersama.Untuk mempertegas pencapaian arah yang telah ditetapkan, sepakati tindakan-tindakan yang harus dilakukan. Prioritaskan pada lima tindakan utama yang paling penting (5 big things).

Senin, 16 Agustus 2010

Positive Mental Attitude di Jalan Raya

Setiap hari jalur yang saya tempuh untuk pulang menuju rumah adalah Jl. Latuharhari menuju Pasar Rumput. Cukup padat memang. Apalagi kalau hari Selasa atau Rabu. Kadang-kadang hampir macet. Di saat macet seperti ini saya memperhatikan beberapa tingkah pengemudi yang terus terang cukup mengesalkan.

Saat antrian mobil yang tersendat, tiba-tiba sebuah mobil memaksakan diri untuk menerobos antrian dan berpindah jalur dari kanan ke kiri, karena memang jalur kiri kebetulan lebih lancar dan ada sedikit celah. Saya tergolong orang yang tidak suka dengan tingkah laku pengemudi seperti ini. Sehingga dari tadi mobil yang posisinya tidak jauh dari mobil saya itu terus saya perhatikan.

Setelah jalan agak lancar, dengan tba-tiba mobil yang sudah berpindah ke jalur kiri tersebut tiba-tiba berbelok ke kanan di perempatan, memotong antrian mobil yang ada di jalur kanan. Kontan saja bunyi klakson menderu-deru dari mobil-mobil yang lain.

Itu hanya satu contoh dari banyak kejadian yang tentu banyak sekali kita temui di jalan-jalan kota Jakarta. Sebut saja menerobos jalur Busway, melanggar lampu merah, u turn di tempat yang tidak seharusnya, dan masih banyak lagi.

Yang membuat saya bertanya-tanya adalah mengapa pengemudi-pengemudi itu melakukan perbuatan yang saya yakin pada dasarnya mereka pasti paham kalau itu adalah sebuah pelanggaran. Apa yang membuat mereka memiliki previledge sehingga merasa lebih berhak daripada pengguana jalan yang lain? Apakah pengguna jalan yang lain tidak memiliki hak yang sama untuk sampai lebih cepat sehingga mereka melanggar hak-haknya? Apakah pengguna jalan yang lain juga tidak ingin bertemu dengan keluarganya di rumah? Apakah pengguna jalan yang lain juga tidak ingin menepati waktu untuk bertemu dengan klien?

Kadang saya berfikir mungkin pengemudi-pengemudi ini hanya sopir yang kebetulan diberikan kepercayaan untuk mengemudikan mobil majikannya. Barangkali cukup wajar kalau sopir melakukan tindakan semacam itu. Karena mungkin latar belakang dan tingkat pendidikan mereka membatasi paradigma dan pola pikir mereka. Akibatnya tindakan pragmatis yang diambil.
Tapi setelah saya perhatikan ternyata bukan cuma sopir saja yang semacam itu. Beberapa mobil ternyata dikendarai oleh pemiliknya sendiri yang tentu saja tingkat pendidikannya cukup tinggi. Bahkan dengan banggga pengemudi ini menempelkan sticker almamater mereka di mobil.

Sebut saja sebuah universitas yang meneyebut dirinya "We Are The yellow Jackets", Ohio University, ITB. Wow, betapa terpelajarnya pengemudi-pengemudi ini. Dandanannya juga keren dengan dasi yang menggantung di lehernya.

Lalu apa masalahnya? Apakah tingkat pendidikan yang tinggi ternyata tidak cukup membuat orang memiliki positive mental attitude di jalan raya? Ataukah justru tingkat pendidikan yang lebih tinggi ini membuat orang menjadi sombong dan merasa lebih unggul dari yang lain?

Apabila menanggapi pengemudi-pengemudi seperti ini dengan melibatkan emosi, mungkin kita juga akan kesal dan bisa jadi kita juga cenderung mengikuti perilaku seperti itu.

Untuk itu, mungkin tips-tips berikut bisa membantu kita untuk bisa lebih bersikap positif dalam menghadapi kemacetan di jalan raya.

Berfikirlah bahwa mentaati aturan lalu lintas adalah cara mengemudi paling benar dan aman.
Cobalah mengaca pada negara-negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia. Lalu lintas di sana sangat tertib dan teratur. Kenapa hal itu terjadi? karena pengguna para pengguna jalannya mau menaati tata tertib lalu lintas yang ada. Orang yang salah akan terlihat sebagai orang aneh di sana.

Budaya sebaliknya tampaknya terjadi di Jakarta. Orang yang tertib tampak sebagai orang yang bodoh dan tak mau memanfaatkan peluang. Kondisi seperti inilah yang tampaknya juga memaksa orang-orang terpelajar tidak mau terlihat bodoh. Akhirnya mereka yang terpelajarpun lupa akan statusnya sebagai agen perubahan yang mempunyai tanggung jawab moral memberikan edukasi kepada masyarakat.

Tapi sekali lagi ingatlah bila bukan kita yang menegakkan aturan lalu lintas siap lagi yang akan memulai?


Berempatilah Kepada Orang Lain
Ingat jalan ini bukan hanya milik kita. Melainkan milik seluruh pembayar pajak di negeri ini yang mempunyai hak yang sama untuk menggunakannya. Kita semua ada pada situasi yang sama yaitu kemacetan. dan kita semua mempunyai hak yang sama yaitu untuk sampai ke tujuan dengan cepat dan selamat.

Kecuali ambulance atau pejabat negara yang sedang bertugas, tidak ada hak previledge yang diberikan kepada pemakai jalan untuk melanggar hak orang lain.


Sabarlah dan Ingat Budaya Antri
Pepatah mengatakan, semut saja yang otaknya lebih kecil mau antri. Kenapa kita yang dibekali akal dan hati nurani tidak bisa melakukan hal itu?

Tahan Emosi, Forgive and Feel Free
Jangan terpancing bila melihat keadaan sekitar yang memang dapat memicu emosi anda. Maafkanlah orang-orang yang suka serobot dan menjengkelkan. Karena sekali kita terpancing dan emosi, maka kita adalah bagian dari mereka.Ingatlah bahwa anda tetap benar bila mengikuti aturan lalu lintas yang ada.

Tetap tenang dan fikirkanlah hal-hal yang positif. Misalnya anak dan istri anda yang menanti di rumah.

Dengarkanlah Radio, Musik atau Bunyi-bunyian Lain yang Menghibur
Ini perlu untuk mengalihkan emosi anda agar tidak terpancing dengan situasi sekitar. Dengarkanlah siaran radio yang lucu agar anda selalu terhibur atau musik yang menenangkan diri anda. Kalau anda suka mendengarkan alunan Al Qur'an cobalah dengarkan agar anda lebih tentram.

Jumat, 13 Agustus 2010

Analisis Kredit 5C (Powerpoint)

Bagi teman-teman yang mau ingin mengunduh file PPT mengenai Analisis Kredit 5C silahkan mengunduh pada link berikut ini :

http://www.4shared.com/document/XySZBTLr/ANALISA_KREDIT_5C.html



Musah-mudahan bermanfaat.

Selasa, 10 Agustus 2010

Lima Pilar Managerial

Dalam sebuah organisasi bisnis, terutama dalam bisnis penjualan, seorang manager memiliki peran sentral dalam memacu dan menjaga pertumbuhan bisnis. Oleh karena itu seorang manager harus memiliki kompetensi yang memadai untuk mengelola sebuah tim. Dalam pandangan saya seorang manager yang efektif harus memiliki kompetensi sebagai berikut :

1. Memiliki visi yang jelas.
2. Aktivitas harian yang terencana.
3. Seimbang dalam Reward dan Recognition.
4. Membangun hubungan yang harmonis dengan bawahannya.
5. Mampu menjadi Coach untuk bawahannya.

Ke lima elemen tersebut menjadi satu kesatuan yang membentuk kualitas seorang manager. Elemen-elemen tersebut merupakan syarat untuk menjadi seorang manager berkualitas yang kami sebut sebagai "Star Manager".
Star Manager
Kompetensi "Star Manager" memberikan arahan mengenai pembentukan sebuah tim. Apabila kelima elemen kompetensi tersebut diaplikasikan dengan baik maka seorang manager akan mampu membentuk sebuah tim yang solid yang bukan hanya berorientasi pada hasil instan akan tetapi juga bagi pengembangan kapasitas dan kapabilitas anggota team.

Visi yang Jelas

"The person who achieved their goal had a VISION that MOTIVATED them"  (Bob Webb)

Visi adalah peta sekaligus penentu arah bagi sebuah organisasi bisnis. Seorang star manager harus\memiliki gambaran yang jelas ke arah mana team akan dibawanya. Visi bukan hanya sekedar memenuhi target-target yang ditetapkan oleh perusahaan. Pemenuhan target hanyalah salah satu baguan kecil dari sebuah visi.  Bagi seorang star manager visi adalah sebuah impian jangka panjang yang bukan hanya berdampak bagi perkembangan pribadinya tapi juga perkembangan orang-orang yang ada dibawahnya.

Visi harus dituangkan dalam sebuah "Vision Statement" agar bisa selalu menjadi motivasi bagi seorang manager. Ketikan semangat sedang turun, visi akan menjadi motivator yang membangkitkan lagi mental dalam bekerja.

Visi yang jelas harus dapat diterjamahkan dalam misi-misi yang lebih detail dan bersifat jangka pendek. Pencapaian target perusahaan adalah salah satu contoh dari penjabaran visi ke dalam misi. Pengembangan kemampuan leadership dan coaching juga merupakan salah satu contoh dari misi. 

Setelah visi dituangkan dalam bentuk misi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan action plan atau aktivitas-aktivitas kongret yang harus dilakukan setiap hari. Kenapa setiap hari? Untuk membentuk kebiasaan dan konsistensi. Karena sebuah tujuan besar selalu dimulai dari langkah yang kecil. Ketika kita sudah terbiasa dengan eksekusi action plan harian, maka target yang lebih besar pasati dengan sendirinya akan tercapai. 

 

Aktivitas Harian yang Terencana

Seringkali terjadi seorang staf pemasaran tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah dia samapi di kantor. Puluhan pertanyaan kadang masih menghiasi kepalanya. Mau kemanakah hari ini? Kunjungan ke klien yang mana hari ini? Kemana harus mencari prospek yang baru?.

Dan bahkan hingga menreka mengarahkan kendaraannya keluar kantor pun kadang masih bingung dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Akibatnya ada yang mampir dulu bertemu dengan temannya. Mampir dulu ke masjid untuk mencari inspirasi. Karena kalu dikantor sudah pasti bosnya akan marah-marah.

Apakah hal yang sama tidak terjadi pada level seorang manager. Ternyata seorang manager pun juga mengalami hal yang sama. Bahkan ada yang saking bingungnya mau visit ke mana, dia sampai ikut anak buahnya kemanapun pergi, dengan alasan memantau pekerjaan anak buah.

Bukan 100% salah bawahan anda bila mereka kebingungan menentukan tujuan kunjungan hariannya. yang perlu dievaluasi adalah apakah sebagai seorang menager anda menerapkan pola kunjungan harian terencana dan terpantau dengan baik?. 

Sebagai action plan harus diterapkan ebuah format kunjungan harian untuk mempermudah staf marketing anda dalam merecanakan aktivitas hariannya, dan juga memudahkan anda untuk memantaunya.

Seorang manager haruslah mempunya aktivitas harian terencana.Memantau aktivtas kunjungan bawahan adalah sebagian dari aktivitas yang harus dijalankan setiap hari. seorang manager juga harus memiliki aktivitas kunjungan nasabah terencana. Karena salah satu tugas manager adalah membuka pasar baru dan memberikan lead calon nasabah baru untuk dikunjungi oleh anak buahnya. Cukup berat memang. Tapi karena itulah seorang manager digaji lebih tinggi dari anak buahnya.

Disaat bawahan kehabisan ide dalam kunjungannya, seorang manager harus mampu memberikan inspirasi berupa new lead customer yang propektif. Pran ini hanya bisa dijalankan jika seorang manager memiliki aktivitas harian yang juga terencana. Eksplorasi target customer baru, tidak hanya duduk di kantor menjadi petugas penarik upeti yang menanti setoran target dari bawahan.

 

Reward ad Recognition

Penghargaan atas hasil kerja bawahan adalah satu hal yang banyak dilakukan oleh para manager saat ini. Bahkan kecenderungan yang muncul adalah banyak sekali manager yang mengakui hasil kerja bawahannya sebagai hasil kerjanya sendiri.

Cara yang paling gampang untuk memberikan penghargaan adalah dengan ucapan secara lisan. Berilah pujian kepada bawahan anda. Meskipun terkesan sepele, hal itu akan memberikan motivasi yang luar biasa untuk kinerja anak buah anda.

Angkatlah anak buah anda dihadapan pimpinan anda langsung. Lupakanlah untuk mencari nama baik anda sendiri dihadapan pimpinan. Dengan mengangkat nama baik anak buah anda tidak akan menurunkan derajad anda di mata pimpinan. 

Dengan mengangkat nama baik anak buah anda telah membuktikan bahwa anda seorang perekrut bawahan yang handal. Dengan mengangkat anak buah anda menunjukkan bahwa anda adalah manager yang mampu mengoptimalkan kemampuan bawahannya.

Dana yang perlu kita pahami adalah kesuksesan sebuah organisasi bisnis bukanlah dibangun oleh seorang manager. Tapi oleh seluruh anggota team. Dengan memberikan penghargaan kepada bawahan anda, berarti anda memberikan kesempatan kepada masing-masing anggota team untuk berkembang.

 

Ciptakan Hubungan yang Harmonis 

Hubungan yang harmonis antar sesama anggota team akan membuat team menjadi solid. Tanggung jawab penuh harus dijalankan oleh soerang manager. Untuk bisa menciptakan suasana yang harmonis, seorang manager harus bisa menciptakan hubungan pertemanan yang egaliter, akan tetapi tetap ada batasan yang jelas antara atasan dan bawahan.

Seorang manager tidak harus menjadi majikan yang paling berkuasa dalam sebuah team. Seorang manager tidaklah harus menjadi orang yang wajib diikuti kata-katanya oleh anak buahnya. Akan tetapi seorang manager aalah orang yang bisa menunjukkan diri sebagai orang paling kredibel dan layak dihormati oleh seluruh anggotanya. Bukan karena omelannya. Buakn karena otoritasnya. Tapi karena dia mampu menggerakkan seluruh anggotanya dengan kesadaran penuh.

Bukan suatu dosa bila seorang pemimpin salah. Tapi pemimpin akan sangat dihormati bila dia cepat menyadari kesalahannya dan minta maaf dengan kesatria.

Sering kali saya menemui manager yang merasa harus benar. Dia tidak pernah mau mendengarkan alasan yang disampaikan anak buahnya. Dimata pemimpin seperti ini semua kesalahan ada di tangan anak buahnya dan semua kebenaran adalah hasil karya dia.

Adakah anda type pemimpinsperti ini? Kalau demikian waspadalah karena keberhasilan yang anda dapatkan sekarang adalah keberhasilan semu yang dibangun diatas penderitaan orang lain. Dan berisp-siaplah karena cepat atau lambat doa-doa orang yang pernah anda pimpin pasti akan menimpa.

Dengan karakter kepemimpinan anda yang seperti itu mungkinkan doa yang baik yang dipanjatkan oleh bawahan anda?

 

Coaching for Succes

Coaching adalah sebuah proses untuk menyadarkan seseorang akan kelemahannya serta melihat hambatan-hambatan yang ada di depan untuk kemudian membantu mereka menemukan jalan untuk mengatasi kelamahan dan hambatan tersebut. Dengan demikian coaching berfungsi untuk membantu anggota team atau bawahan mencapai level yang lebih tinggi dari pengetahuan maupun skill mereka.

Fungsi inilah yang harus dijalankan manager sama baiknya dengan fungsi-fungsi yang lain. Cukup berat bukan?

Coaching berfungsi untuk meningkatkan Skill, Pengetahuan dan juga Motivasi dari seluruh anggota teamnya. Karena ketiga elemen itulah yang akan mendorong roda organisasi terus berputar. Oleh karenanya untuk bisa menjalankan perannya dengan baik seorang manager harus memeiliki level skill, pengetahuan dan juga motivasi yang cukup dalam dirinya.

Bagaimana bila seorang manager sedang terdemotivasi?. Dia harus mampu merecharge motivasi dalam dirinya dengan berbagai cara. salah satunya adalah dengan mengingat mimpinya atau visinya.


Apabila kelima peran tersebut dijalankan dengan baik oleh seorang manager, maka saya yakin sebuah team yang solid dan berorientasi pada hasil akan terbentuk. Dengan demikian, target-target penjualan yang ditetapkan oleh perusahaan hanya akan menjadi bagian kecil dari mimpi team.

Senin, 26 April 2010

Analisis Kredit 5C (Bagian V)

Collateral
Collateral adalah asset yang diberikan kepada bank sebagai jaminan fasilitas kredit. Jaminan tersebut bisa berupa fixed aset maupun jaminan tunai (cash collateral).
Jaminan merupakan salah satu alternatif sumber pembayaran untuk menjamin keamanan fasilitas kredit yang diutamakan. Dengan demikian jaminan bukan merupakan faktor utama dalam pemberian fasilitas kredit. Namun demikian, jaminan adalah salah satu faktor yang sangat penting. Pemberian jaminan dalam fasilitas kredit mempunyai dua tujuan utama yaitu :
  1. Memberikan kepastian kepada bank akan sumber pembayaran kewajiban apabila terjadi default. Dalam hal terjadi gagal bayar dan nasabah tidak mempunyai kesanggupan lagi untuk membayar kewajibannya, maka jaminan dapat dilikuidasi untuk dijadikan sumber pembayaran alternatif.
  2. Menunjukkan komitmen nasabah terhadap fasilitas kredit yang telah diterimanya.
Hal-hal yang menjadi perhatian bank dalam analisis jaminan adalah sbb:
  1. Kelengkapan dokumen jaminan. Dokumen jaminan yang diperlukan oleh bank diantaranya adalah : Sertifikat, IMB, dan PBB/STTS. Dokumen-dokumen tersebut diperlukan oleh bank untuk memeriksa keabsahan kepemilikan jaminan, kelengkapan ijin-ijinnya dan telah terpenuhinya kewajiban atas aset tersebut mislanya pajak. Bagi bank, keabsahan dokumen menjadi hal yang sangat krusial karena hal ini sangat berpengaruh terhadap pengikatan jaminan.
  2. Marketability. Marketability berkaitan dengan kemudahan dalam penjualan jaminan atau dengan kata lain, jaminan yang diterima oleh bank haruslah yang laku dijual. Faktor yang mempengaruhi marketability diantaranya : kemudahan akses, lokasi yang strategis, jarak dengan objek-objek vital di masyarakat. Beberapa kondisi yang seringkali dihindari bank dalam menerima jaminan diantaranya : lokasi dekat dengan makam, dibawah tegangan tinggi, tanah helikopter, lebar jalan kurang dari 4 meter, dsb.
  3. Collateral Coverage. Collateral Coverage adalah perbandingan antara nilai jaminan dengan dengan besarnya fasilitas kredit yang diberikan. Beberapa bank menetapkan collateral coverage minimal 120% (nilai jaminan lebih besar dari nilai kredit yang diberikan). Hal ini dimaksudkan untuk antisipasi atas biaya-biaya yang mungkin muncul pada saat jaminan dilikuidasi. Dengan demikian bank tidak akan rugi.

Analisis Kredit 5C (Bagian IV)

Capacity Capacity adalah kemampuan debitur dalam membayar kewajibannya. Hal-hal yang perlu dianalisis dalam aspek ini meliputi :
  1. Kebenaran dan Kepastian Sumber Penghasilan debitur
  2. Kontinuitas dan Stabilitas Sumber Penghasilan debitur
  3. Kecukupan Penghasilan untuk menutup kewajiban
Sebelum memberikan fasilitas kredit, bank harus benar-benar memastikan ketiga hal tersebut telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Lalu hal-hal apa yang akan dilakukan oleh bank untuk memastikan ketiga aspek tersebut?. Untuk memastikan ketiga aspek tersebut telah memanuhi persyaratan yang ditetapkan biasanya officer kredit bank melakukan hal-hal sebagai berikut:
Kebenaran dan Kepastian Sumber Pembayaran
Untuk memastikan hal ini bank biasanya melakukan pemeriksaan terhadap legalitas usaha debitur. Bank juga melakukan kunjungan ke lokasi usaha atau tempat kerja debitur untuk memastikan bahwa usaha tersebut memang benar-benar ada dan berjalan dengan baik. Untuk mendapatkan data yang lebih meyakinkan lagi, bisasnya bank melakukan trade checking kepada suplier atau buyer dari calon debitur.
Penilaian mengani hal ini biasanya juga dilakukan bank dengan memeriksa rekening koran atau tabungan debitur. salah satu prinsip bank dalam melakukan analisis adalah, omset usaha harus tercermin pada mutasi rekening. Beberapa bank menentukan omset harus tercermin paling tidak 70% pada mutasi rekeningnya. ada juga bank yang menentukan pencerminan itu sebesar 80%. Hal inilah yang pada umumnya menjadi kendala karena banyak sekali pengusaha atau perusahaan di Indonesia yang belum bankable dan tidak terlalu memperhatikan transaksi rekening.
Kontinuitas dan Stabilitas Sumber Penghasilan
Bank melihat kontinyuitas dan stabilitas sumber penghasilan debitur dari lamanya usaha dan juga validitas perizinan usaha. Oleh karena itu pada beberapa bank diwajibkan nasabah paling tidak harus sudah menjalankan usahanya minimal dua tahun dibuktikan dengan dokumentasi ijin usahanya. Hal ini dikarenakan membiayai usaha baru cukup beresiko dari sisi kontinyuitas usaha.
Beberapa bank juga cukup berhati-hati terhadap usaha yang bersifat by order atau by project. Apabila membiayai jenis usaha yang seperti ini biasanya bank melihat reputasi dan fluktuasi usahanya beberapa tahun ke belakang.
Untuk memastikan hal ini bank juga melakukan trade checking baik kepada suplier maupun buyer untuk memastikan : berapa lama hubungan, bagamana kualitas produk dan deliverinya, serta kemungkinan repeat order.
Kecukupan Sumber Penghasilan
Kecukupan penghasilan ditentukan dari seberapa besar penghasilan debitur mampu menutup kewajiban finansialnya baik untuk fasilitas baru maupun fasilitas eksisting dan juga fasilitas di bank lain. Beberapa Bank mempunyai istilah yang berbeda beda mengenai rasio-rasio untuk mengukur kemampuan debitur. Beberapa rasio yang sering digunakan adalah :
TIE (Time Interest Earned) = NOP / Kewajiban Bunga
adalah seberapa besar penhasilan usaha bersih mampu menutup kewajiban bunga pinjaman debitur. Besarnya rasio minimum masing-masing bank juga berbeda-beda. Ada yang menetapkan TIE minimal 1,5 atau ada yang minimal 2.
DSR (Debt Service Ratio) = NOP / Total Kewajiban
adalah rasio kecukupan NOP untuk menutup seluruh keajiban finansial. Bedanya dengan TIE, DSR juga memperhitungkan kewajiban angsuran baik pokok maupun bunga.
Selain itu masih ada beberapa rasio penting yang diperhatikan bank untuk menilai kecukupan penghasilan tersebut.
Hal yang paling penting bagi bank dalam meneliti kecukupan penghasilan tersebut adalah pencerminan omset usha pada mutasi rekening debitur. Kendala yang sering dihadapi oleh calon debitur pada umumnya adalah aktivitas usaha yang tidak tercermin pada mutasi rekening sehingga bank tidak bisa melakukan verivikasi atas kebenaran sumber penghasilannya.
Beberapa data penting yang biasa digunakan oleh bank untuk memeriksa capacity calon debitur diantaranya adalah ;
1. Rekening Koran/tabungan
2. Laporan Keuangan
3. Slip Gaji untuk karyawan (consumer loan)
4. BI Checking,
5. Legalitas Usaha.

Jumat, 05 Maret 2010

Analisis Kredit 5C (Bagian III)

Capital
Capital adalah kondisi keuangan/komposisi permodalan sendiri yang dimiliki oleh nasabah. Dalam kredit konsumsi atau kredit investasi, hal ini bisa diindikasikan dengan besarnya self financing composition (besarnya pembiayaan sendiri) atas nilai investasi yang dimiliki.
Analisis menganai hal ini dimaksudkan untuk :
  • Meneliti kesehatan kondisi keuangan calon debitur.
  • Menilai komitmen nasabah dalam menjalankan usahanya.
  • Meneliti dan menilai pola konsumsi atau pengelolaan finansial calon debitur.
  • Meneliti dan menilai apakah calon debitur memiliki kekayaan yang bisa dijadikan sumber pembayaran ke dua.
Hal-hal yang bisa dijadikan sebagai indikator untuk menilai kondisi kesehatan keuangan calon debitur adalah sbb:
1. Struktur Permodalan
2. Past Earnings
3. Besarnya Downpayment (uang muka).

Untuk dapat melakukan penilaian atas hal-hal tersebut di atas, paling tidak bank memerlukan data-data sbb:
1. Rekening Tabungan/Giro; untuk menilai konsistensi rata-rata saldo pengendapan nasabah. Rata-rata saldo pengendapan nasabah dapat mengindikasikan apakah nasabah memiliki pengelolaan keuangan yang bagus. Apakah pola mkonsumsinya dikelola dengan baik sehingga ada porsi-porsi yang cukup untuk investasi, saving dan pembelanjaannya.
2. Neraca Keuangan; untuk menilai kesehatan keuangan nasabah. Dari neraca keuangan, bank dapat mengevaluasi rasio-rasio yang menjadi indikator kesehatan keuangan perusahaan calon debiturnya. Beberapa rasio yang cukup penting untuk menilai hal ini diantaranya adalah Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage.
3. % Downpayment. Besarnya DP megindikasikan seberapa besar komitmen nasabah. Semakin besar DP menunjukkan nasabah memiliki komitmen yang lebih besar.

Rabu, 24 Februari 2010

Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali


Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun sedangkan aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.

Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…”

Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.”

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!”

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, ” Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !”

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”

Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20, Aku 23. 

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. 
“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!”
Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..” 
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
“Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…”
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23, Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar — ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?”
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
“Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

 Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. 

Diterjemahkan dari: “I cried for my brother six times.”

Senin, 08 Februari 2010

Analisis Kredit 5C (Bagian II)

Character
Analisis character adalah analisis yang ditujukan untuk memperoleh keyakinan mengenai kemauan nasabah untuk membayar kewajibannya. Bank perlu mengetahui keadaan watak dari calon debitur baik dalam kehidupan pribadi, lingkungan sosial, lingkungan usaha/profesi untuk memastikan nasabah tersebut mempunyai komitmen yang baik terhadap kewajibannya.

Hal-hal yang dianalisis meliputi :
1. Profil/Latar belakang nasabah
2. Prestasi masa lalu (past performance) khususnya yang berkaitan dengan kredit dan perbankan.
3. Reputasi calon nasabah di lingkungan sosial maupun usaha/profesi.

Untuk memastikan ha-hal tersebut bank melakukan analisis terhadap data-data nasabah dan juga menggali informasi dari sumber-sumber yang relefan. Beberapa sumber data dan informasi yang biasa digunakan untuk analisis character diantaranya adalah:

  • Data Pribadi seperti KTP, NPWP, Kartu Keluarga, dsb. 
  • Referensi/Ket. Kerja (untuk fasilitas kredit konsumer). 
  • Trade Check & Community Check yaitu salah satu cara untuk menggali informasi di lingkungan usaha/profesi calon nasabah. 
  • Rekening Koran/Tabungan 
  • IDI/BI Checking 
  • DHBI (Daftar Hitam Bank Indonesia)
Dari analisis data-data tersebut tentunya diharapkan hasil yang positif yang memberikan gambaran bahwa calon nasabah memiliki karakter yang baik dan layak diberikan fasilitas kredit.

Gambaran mengenai analisis karakter dapat terlihat pada gambar berkut :
Banyak yang beranggapan bahwa analisis character bersifat kualitatif dan abstrak. Anggapan ini melahirkan kesimpulan bahwa karakter seseorang hanya bisa dinilai dengan perasaan atau intuisi analis. 

Akan tetapi dengan metode analisis saat ini, penilaian karakter dapat dikuantifikasi dengan parameter-parameter tertentu sehingga hasilnya menjadi lebih kuantitatif.

Beberapa ukuran yang biasa dijadikan acuan untuk mengkuantifikasi karakter calon nasabah diantaranya adalah:
1. Jumlah tolakan kliring karena saldo tidak cukup pada rekening koran.
2. Lamanya tunggakan.
3. Hasil BI Checking, dsb.

Dengan data-data tersebut penilaian karakter calon nasabah menjadi lebih terukur.


Minggu, 07 Februari 2010

Analisis Kredit 5C (Bagian I)

Sebagai bagian dari penerapan manajemen resiko dalam pengelolaan bank, maka bank perlu melakukan analisis atas setiap permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah. Hal ini mengingat dalam setiap fasilitas kredit yang diberikan terkandung unsur resiko adanya default atau kegagalan nasabah untuk menyelesaikan kewajibannya. Oleh karena itu bank harus benar-benar meneliti dan menyeleksi nasabah yang akan diberikan fasilitas kredit sehingga resiko default tersebut dapat diminimalisasi.

Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis calon debitur yang sudah lazim digunakan oleh bank adalah metode 5C yang meliputi analisis mengenai :
1. Character
2. Capital
3. Capacity
4. Collateral
5. Condition of Economy.

Pada dasarnya analisis 5C diperlukan untuk mengetahui atau untuk memperoleh keyakinan mengenai dua hal mendasar dari calon debitur yaitu :
  • Willingness to Pay (kemauan untuk membayar) dan
  • Ability to Pay (kemampuan untuk membayar)
 Dengan demikian kerangka analisis dari dua hal mendasar tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut:

 
Yang sudah pasti adalah karakter seseorang tentu saja akan menentukan kemauan membayarnya. Dalam gambar tersebut terlihat adanya irisan dimana capital dan collateral bisa menjadi parameter yang digunakan untuk menentukan kemauan membayar maupun kemampuan membayar. Dasar pemikiran mengenai hal ini cukup sederhana yaitu dengan semakin bagusnya jaminan atau dengan semakin tingginya capital (permodalan) maka menunjukkan tingginga komitmen nasabah.

Sebagai contoh sederhana, dalam konteks Kredit Pemilikan Rumah (KPR), capital bisa dianggap sebagai  besarnya uang muka (DP) yang diberikan oleh nasabah. Semakin besar DP yang diberikan oleh nasabah tentunya menunjukkan bahwa si nasabah tersebut mempunyai komitmen yang lebih tinggi. Karena dengan semakin besar DP si nasabah juga mengambil porsi resiko yang lebih besar.

Sabtu, 06 Februari 2010

Anger Management

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar.
Seseorang yang tidak bisa merasa marah -tidak bisa disebut penyabar; karena dia hanya tidak bisa
marah.

Sedang seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk tetap berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar. Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu-sulit, Anda sangat tepat; karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.

Kesabaran bukanlah sebuah sifat, tetapi sebuah akibat.
Perhatikanlah bahwa kita lebih sering menderita karena kemarahan kita, daripada karena hal-hal yang membuat kita merasa marah. Perhatikanlah juga bahwa kemarahan kita sering melambung lebih tinggi daripada nilai dari sesuatu yang menyebabkan kemarahan kita itu, sehingga kita sering bereaksi berlebihan dalam kemarahan.

Hanya karena Anda menyadari dengan baik –tentang kerugian yang bisa disebabkan oleh reaksi Anda dalam kemarahan, Anda bisa menjadi berhati-hati dalam bereaksi terhadap apa pun yang membuat Anda merasa marah. Kehati-hatian dalam bereaksi terhadap yang membuat Anda marah itu lah yang menjadikan Anda tampil sabar.

Kemarahan adalah sebuah bentuk nafsu.
Nafsu adalah kekuatan yang tidak pernah netral, karena ia hanya mempunyai dua arah gerak; yaitu bila ia tidak memuliakan, pasti ia menghinakan.

Nafsu juga bersifat dinamis, karena ia menolak untuk berlaku tenang bila Anda merasa tenang. Ia akan selalu memperbaruhi kekuatannya untuk membuat Anda memperbaruhi kemapanan Anda.

Maka perhatikanlah ini dengan cermat; bila Anda berpikir dengan jernih dalam memilih tindakan dan cara bertindak dalam kemarahan, nafsu itu akan menjadi kekuatan Anda untuk meninggalkan kemapanan Anda yang sekarang -untuk menuju sebuah kemapanan baru yang lebih tinggi.

Tetapi, bila Anda berlaku sebaliknya, maka ke bawahlah arah pembaruan dari kemapanan Anda. Itu sebabnya, kita sering menyaksikan seorang berkedudukan tinggi yang terlontarkan dari tingkat kemapanannya, dan kemudian direndahkan karena dia tidak berpikir jernih dalam kemarahan. Dan bila nafsunya telah menjadikannya seorang yang tidak bisa direndahkan lagi, dia disebut sebagai budak nafsu.

Kualitas reaksi Anda terhadap yang membuat Anda marah, adalah penentu kelas Anda.

Kebijakan para pendahulu kita telah menggariskan bahwa untuk menjadi marah itu mudah, dan patut bagi semua orang. Tetapi, untuk bisa marah kepada orang yang tepat, karena sebab yang tepat, untuk tujuan yang tepat, pada tingkat kemarahan yang tepat, dan dengan cara yang tepat -itu tidak untuk orang-orang kecil.

Maka seberapa besar-kah Anda menginginkan diri Anda jadinya?

Memang pernah ada orang yang mengatakan bahwa siapa pun yang membuat Anda marah-telah mengalahkan Anda. Pengamatan itu tepat-hanya bila Anda mengijinkan diri Anda berlaku dengan cara-cara yang merendahkan diri Anda sendiri karena kemarahan yang disebabkan oleh orang itu. Itu sebabnya, salah satu cara untuk membesarkan diri adalah menghindari sikap dan perilaku yang mengecilkan diri.

Kita sering merasa marah karena orang lain berlaku persis seperti kita.
Perhatikanlah, bahwa orang tua yang sering marah kepada anak-anaknya yang bertengkar -adalah orang tua yang juga sering bertengkar dengan pasangannya.

Bila kita cukup adil kepada diri kita sendiri, dan mampu untuk sekejap menikmati kedamaian kita akan melihat dengan jelas bahwa kita sering menuntut orang lain untuk berlaku seperti yang tidak kita lakukan.
Dan dengannya, bukankah kemarahan Anda juga penunjuk jalan bagi Anda untuk menemukan perilaku-perilaku baik yang sudah Anda tuntut dari orang lain, tetapi yang masih belum Anda lakukan?

Lalu, mengapakah Anda berlama-lama dalam kemarahan yang sebetulnya adalah tanda yang nyata bahwa Anda belum memperbaiki diri?

Katakanlah, tidak ada orang yang cukup penting yang bisa membuat saya marah dan berlaku rendah.
Bila Anda seorang pemimpin, dan Anda telah menerima tugas untuk meninggikan orang lain; maka tidak ada badai, gempa, atau air bah yang bisa membuat Anda mengurangi nilai Anda bagi kepantasan untuk mengemban tugas itu.

Ingatlah, bahwa orang-orang yang berupaya mengecilkan Anda itu-adalah sebetulnya orang-orang kecil.
Karena, orang-orang besar akan sangat berhati-hati dengan perasaan hormat Anda kepada diri Anda sendiri. Bila mereka marah pun kepada Anda, mereka akan berlaku dengan cara-cara yang mengundang Anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Sedangkan orang kecil? Orang-orang kecil membuat orang lain merasa kecil agar mereka bisa merasa besar.
Anda mengetahui kebesaran yang dijanjikan untuk Anda. Maka besarkan-lah orang lain.

(Sumber: Mario Teguh, MSTS 13.07.2006)