Senin, 16 Agustus 2010

Positive Mental Attitude di Jalan Raya

Setiap hari jalur yang saya tempuh untuk pulang menuju rumah adalah Jl. Latuharhari menuju Pasar Rumput. Cukup padat memang. Apalagi kalau hari Selasa atau Rabu. Kadang-kadang hampir macet. Di saat macet seperti ini saya memperhatikan beberapa tingkah pengemudi yang terus terang cukup mengesalkan.

Saat antrian mobil yang tersendat, tiba-tiba sebuah mobil memaksakan diri untuk menerobos antrian dan berpindah jalur dari kanan ke kiri, karena memang jalur kiri kebetulan lebih lancar dan ada sedikit celah. Saya tergolong orang yang tidak suka dengan tingkah laku pengemudi seperti ini. Sehingga dari tadi mobil yang posisinya tidak jauh dari mobil saya itu terus saya perhatikan.

Setelah jalan agak lancar, dengan tba-tiba mobil yang sudah berpindah ke jalur kiri tersebut tiba-tiba berbelok ke kanan di perempatan, memotong antrian mobil yang ada di jalur kanan. Kontan saja bunyi klakson menderu-deru dari mobil-mobil yang lain.

Itu hanya satu contoh dari banyak kejadian yang tentu banyak sekali kita temui di jalan-jalan kota Jakarta. Sebut saja menerobos jalur Busway, melanggar lampu merah, u turn di tempat yang tidak seharusnya, dan masih banyak lagi.

Yang membuat saya bertanya-tanya adalah mengapa pengemudi-pengemudi itu melakukan perbuatan yang saya yakin pada dasarnya mereka pasti paham kalau itu adalah sebuah pelanggaran. Apa yang membuat mereka memiliki previledge sehingga merasa lebih berhak daripada pengguana jalan yang lain? Apakah pengguna jalan yang lain tidak memiliki hak yang sama untuk sampai lebih cepat sehingga mereka melanggar hak-haknya? Apakah pengguna jalan yang lain juga tidak ingin bertemu dengan keluarganya di rumah? Apakah pengguna jalan yang lain juga tidak ingin menepati waktu untuk bertemu dengan klien?

Kadang saya berfikir mungkin pengemudi-pengemudi ini hanya sopir yang kebetulan diberikan kepercayaan untuk mengemudikan mobil majikannya. Barangkali cukup wajar kalau sopir melakukan tindakan semacam itu. Karena mungkin latar belakang dan tingkat pendidikan mereka membatasi paradigma dan pola pikir mereka. Akibatnya tindakan pragmatis yang diambil.
Tapi setelah saya perhatikan ternyata bukan cuma sopir saja yang semacam itu. Beberapa mobil ternyata dikendarai oleh pemiliknya sendiri yang tentu saja tingkat pendidikannya cukup tinggi. Bahkan dengan banggga pengemudi ini menempelkan sticker almamater mereka di mobil.

Sebut saja sebuah universitas yang meneyebut dirinya "We Are The yellow Jackets", Ohio University, ITB. Wow, betapa terpelajarnya pengemudi-pengemudi ini. Dandanannya juga keren dengan dasi yang menggantung di lehernya.

Lalu apa masalahnya? Apakah tingkat pendidikan yang tinggi ternyata tidak cukup membuat orang memiliki positive mental attitude di jalan raya? Ataukah justru tingkat pendidikan yang lebih tinggi ini membuat orang menjadi sombong dan merasa lebih unggul dari yang lain?

Apabila menanggapi pengemudi-pengemudi seperti ini dengan melibatkan emosi, mungkin kita juga akan kesal dan bisa jadi kita juga cenderung mengikuti perilaku seperti itu.

Untuk itu, mungkin tips-tips berikut bisa membantu kita untuk bisa lebih bersikap positif dalam menghadapi kemacetan di jalan raya.

Berfikirlah bahwa mentaati aturan lalu lintas adalah cara mengemudi paling benar dan aman.
Cobalah mengaca pada negara-negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia. Lalu lintas di sana sangat tertib dan teratur. Kenapa hal itu terjadi? karena pengguna para pengguna jalannya mau menaati tata tertib lalu lintas yang ada. Orang yang salah akan terlihat sebagai orang aneh di sana.

Budaya sebaliknya tampaknya terjadi di Jakarta. Orang yang tertib tampak sebagai orang yang bodoh dan tak mau memanfaatkan peluang. Kondisi seperti inilah yang tampaknya juga memaksa orang-orang terpelajar tidak mau terlihat bodoh. Akhirnya mereka yang terpelajarpun lupa akan statusnya sebagai agen perubahan yang mempunyai tanggung jawab moral memberikan edukasi kepada masyarakat.

Tapi sekali lagi ingatlah bila bukan kita yang menegakkan aturan lalu lintas siap lagi yang akan memulai?


Berempatilah Kepada Orang Lain
Ingat jalan ini bukan hanya milik kita. Melainkan milik seluruh pembayar pajak di negeri ini yang mempunyai hak yang sama untuk menggunakannya. Kita semua ada pada situasi yang sama yaitu kemacetan. dan kita semua mempunyai hak yang sama yaitu untuk sampai ke tujuan dengan cepat dan selamat.

Kecuali ambulance atau pejabat negara yang sedang bertugas, tidak ada hak previledge yang diberikan kepada pemakai jalan untuk melanggar hak orang lain.


Sabarlah dan Ingat Budaya Antri
Pepatah mengatakan, semut saja yang otaknya lebih kecil mau antri. Kenapa kita yang dibekali akal dan hati nurani tidak bisa melakukan hal itu?

Tahan Emosi, Forgive and Feel Free
Jangan terpancing bila melihat keadaan sekitar yang memang dapat memicu emosi anda. Maafkanlah orang-orang yang suka serobot dan menjengkelkan. Karena sekali kita terpancing dan emosi, maka kita adalah bagian dari mereka.Ingatlah bahwa anda tetap benar bila mengikuti aturan lalu lintas yang ada.

Tetap tenang dan fikirkanlah hal-hal yang positif. Misalnya anak dan istri anda yang menanti di rumah.

Dengarkanlah Radio, Musik atau Bunyi-bunyian Lain yang Menghibur
Ini perlu untuk mengalihkan emosi anda agar tidak terpancing dengan situasi sekitar. Dengarkanlah siaran radio yang lucu agar anda selalu terhibur atau musik yang menenangkan diri anda. Kalau anda suka mendengarkan alunan Al Qur'an cobalah dengarkan agar anda lebih tentram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar