Kamis, 10 Februari 2011

Move or Stay ? Is It Problem for You?

Hari ini, seorang teman menghubungi saya. Teman yang menurut saya luar biasa dalam bekerja, punya semangat dan loyalitas tinggi terhadap perusahaanya. Akan tetapi, kali ini rupanya dia sedang gundah. Dia sedang bingung memikirkan tawaran yang menarik dari perusahaan lain. Tentu saja dengan kompensasi kenaikan gaji yang jauh lebih "pantas" ditambah dengan sejumlah fasilitas yang lebih baik.


So..apa masalahnya ? Kenapa dia menjadi bingung kalau toh ternyata tawarannya jauh lebih bagus.

Langsung saja sebuah pertanyaan muncul dari saya. "Apa yang membuat loe takut untuk pindah ?"
Rupanya standar saja. Ketakutan akan risiko di tempat baru, harus beradaptasi lagi dan keharusan untuk melewati masa probation.

Pertanyaan selanjutnya. "Apa yang membuat loe pengen bertahan?"
Jawaban atas pertanyaan ini yang saya suka. "Gue cinta sama perushaan gue sekarang. Gue punya mimpi di sini. Gue punya visi di sini". Jawaban yang menurut saya luar biasa. Yang seharusnya dengan adanya itu dia tidak perlu ragu untuk bertahan.

"Apakah loe enjoy kerja di situ? Lu enjoy dengan pekerjaan lu ?". Definitely yes jawabannya.

"Are you happy with that ?" Of course jawabannya.

"Apa yang bikin loe bahagia?" Rupanya karena dia telah membangun sesuatu yang luar biasa di perusahaan itu. Selama kurang dari satu tahun dia sudah berhasil menghidupkan sebuah cabang kecil yang tadinya sekarat. Dan dengan pencapaian itu dia mendapat penghargaan kesempatan dinner dengan BOD.

"And I'm happy because i have a great contribution here and I feel so meaningful". Katanya.
 

Tapi mengapa dia bingung?

Muncul satu pertanyaan lagi. "Apa yang membuat lu ngrasa loe harus pergi?" jawabannya adalah "gaji". Dia ingin mendapatkan rupiah yang lebih dari sekarang. Sementara tawaran dari "warung sebelah" sangat menggiurkan. Dengan kalkulasinya, apabila tawaran itu diambil tentu segala ambisinya akan uang pasti akan terpenuhi.

"Apakah uang itu sesuatu yang urgent bagi loe untuk dikejar saat ini?". Jawabannya iya. Dan justru muncul pertanyaan balik dari dia. "Siapa yang nggak mau uang banyak?".

"Apa lagi yang membuat loe ragu bertahan?". Dia justru menjawab dengan sebuah pertanyaan. "Sampai kapan gue harus ada di posisi ini?". "Gue takut gak akan naik-naik?"

"Apakah yang ditawarkan ke loe adalah jabatan yang lebih tinggi?". Not really jawabannya.
Jadi menurut saya itu bukan issue.

"Apakah uang yang ditawarkan ke loe itu bisa gantiin kebahagiaan loe kerja di tempat  sekarang?" She is definitely cunfuse about this question.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Well, that's life. Life is choice. Pada dasrnya hidup adalah pilihan. Anda mungkin pernah mengalami situasi seperti itu. Dan mungkin anda juga termasuk orang yang bingung ketika menghadapi situasi demikian.

Apapun pilihan kita tidaklah masalah. Asalkan kita tahu apa konsekuensinya. Kita tahu apa risikonya dan siap menerima risiko itu dengan jiwa yang besar.

Tapi yang jelas adalah ketika kita menentukan suatu pilihan pastikan hal itu telah selaras dengan purpose of life. Karena ketika kita paham purpose of life tentu tidak akan terjebak dan dipusingkan dengan atribut-atribut seperti uang, pangkat, jabatanm, prestise, status sosial, dsb. Semua hal itu pada dasarnya adalah pernak-pernik yang bersifat sementara. Semua atribut itu akan secara otomatis menyemat ketika kita menjalani kerja dengan luar biasa.

Sementara itu bagaimana sebuah kerja menjadi luar biasa?. Ketika kita enjoy dengan pekerjaan itu. Bagaimana kita bisa enjoy dengan pekerjaan?. Ketika kita mencintai pekerjaan itu, tidak peduli dimanapun. Tidak peduli terikat pada lembaga apapun. When you love your job then everyday is holiday for you.

Dari diskusi saya dengan teman tersebut jelas terlihat bahwa dia hanya terbebani oleh satu atribut, yaitu uang.

Pada daranya "great money will follow great job". Ketika kerja anda luar biasa maka secara otomatis uang, pangkat, jabatan akan dengan senang hati memihak anda. Di manapun anda berada, apakah di tempat lama atau di tempat baru, hukum itu pasti berlaku. Masalahnya adalah, semua hal  tersebut memerlukan proses yang tentu saja equivalen dengan "waktu".

Ketika berbicara mengenai waktu hanya ada satu sikap mental yang bisa mengimbanginya yaitu sabar dan persisten.

Dalam case dia atas saya tidak pernah mennentukan pilihan untuk teman saya tersebut. Hanya saja saya mencoba membuka pola pikirnya agar menghitung secara cermat. Jangan sampai dia terjebak pada atribut-atribut yang sifatnya sementara. Apakah itu uang, jabatan atau bahkan kekuasaan.

Yang paling penting menjadi ukuran dalam hal ini adalah sekali lagi purpose of life. Setiap orang pasti ingin bahagia. Dan ketika kita sudah happy dengan pekerjaan yang saat ini kita jalani, akankah beberapa rupiah mampu menggantikan kebahagiaan itu?

Lain halnya jika memang kita sudah sama sekali bosan dengan pekerjaan kita. Apa yang bisa kita lakukan kalau memang kondisinya demikian. Ada tiga pilihan dan moving out adalah salah satu pilihannya. Apa lagi dua pilihan lainnya? Kita merubah lingkungan kerja kita atau kita yang merubah sikap mental kita. Untuk merubah lingkungan jelas diluar service area kita. Merubah sikap mental kita perlu effort yang luar biasa.

Tawaran-tawaran dari "warung lain" yang lebih menarik adalah tarikan dari luar. Kondisi-kondisi dalam perusahaan yang membuat kita tidak nyaman, tidak enjoy adalah dorongan dari dalam. Selama dua konsisi tersebut tidak terpenuhi, berpikirlah masak-masak sebelum moving out. Pikirkan kembali apa motivasi anda untuk pindah kerja. Sekali lagi jangan hanya karena mengejar sebuah atribut.

Satu hal yang sangat penting dalam pekerjaan adalah kita harus melihat pekerjaan itu sebagai sebuah sarana. Sarana untuk apa? Tentu saja sarana untuk mencapai purpose of life kita yaitu, happyness. Dan yang paling penting dalam mencapai kebahagian adalah sikap mental. Maka tentunya ketika akan memutuskan untuk pindah, kita harus menimbang apakah tenpat kerja saya saat ini adalah wahana yang cukup bagus untuk mengembangkan sikap mental saya?. Dan apakah tempat baru saya nanti akan sebagus ini atau lebih bagus lagi?

Apakah di sana saya bisa memberikan kontribusi lebih baik? dan ataukahsebaliknya.

Ketika kerangka berfikir ini kita miliki, saya yakin tidak akan ada kebingungan ketika kita menghadapi pilihan-pilihan dalam hidup. terutama dalam pekerjaan dan karir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar